31 Mar 2011

Mukjizat, Mata ketiga, dan Sains


Sains modern menemukan mata ketiga sebagai kunci untuk mengungkap misteri mukjizat. Mukjizat adalah misteri sains, dalam terminologi sains Islam, mukjizat adalah kekuatan supernatural yang di anugerahkan Tuhan kepada para rasul. Mukjizat Nabi Musa, misalnya, adalah kemampuannya membelah laut dan menciptakan ular dengan sebatang tongkat. Kekuatan supernatural dengan penampakan yang sama, yang di miliki oleh para wali dan sufi disebut karomah. Ahmad Ibnu Hanbal, salah satu imam mazhab fikih, menyebut kedua fenomena paranormal itu begitu- terminologi lain dari para ilmuwan- dengan satu istilah: mukjizat.

Dalam bahasa Quran, mukjizat adlah suatu kekuatan yang di berikan oleh Allah kepada orang yang di kehendaki. Pengertianya, manusia bersikab sekedar memperoleh kekuatan mukjizat sangat sedikit. Para ustad di madrasah mengaitkannya dengan tingkat keimanan seseorang. Quran menjelaskannya secara alegoris lewat, misalnya, kisah Ashabul Kahfi, yang bisa hidup ratusan tahun, atau perawan Maryam yang memperoleh hidangan makanan dari malaikat.

Pasca kenabian Muhammad, sebuah tradisi muncul di kalangan penganut tasawuf, yaitu riyadhoh (latihan olah batin). Lewat latihan spiritual, para sufi, selain memperoleh pencerahan batin, juga sering memiliki mukjizat. Yang paling umum, kemampuan untuk melihat secara tembus pandang (kewaskitaan).

Tradisi olah batin itu sejatinya bagian dari peradaban manusia universal. Kalangan umat Hindu di India sejak ribuan tahun lalu memiliki tradisi yoga, suatu seni olah jiwa raga. Kalangan Buddha juga mengembangkan varian lain dari yoga. Agama Kristen pun memiliki tradisi mistisisme. Dalam sejarahnya, dunia barat pada era modern cenderung tidak mempercayai fenomena metafisis sebagai akses dari peradaban modern yang menimba filsafat positivisme August Comte.

bulan-terbelah-3 BULANNamun, pada abad ke-19, masarakat Barat kembali melirik filsafat Timur. Jerman adlah negara yang pertama kali yang memperkenalkanistilah parapsikologi, sebuah istilah untuk fenomena okultisme (klenik). Ketertarikan Barat kepada parapsikologi di mulai sejak Emanuel Swedenborg (1688-1772) mengaku telah berkomunikasi dengan Tuhan dan mengungkapkan konsep semesta yang terkait erat dengan kehidupan setelah kematian. Pada dekade 1960, seiring dengan mewabahnya gairah spiritualisme dengan bantuan suntikan LSD ala kaum hippies di AS, lembaga riset parapsikologi bermunculan.

Salah satu obyek penelitian parapsikologi adalah pengalaman psychedelic seperti yang di alami oleh para hippies itu dan penderita epilepsi. Pengalaman semacam itu di gambarkan sebagai sebuah serangan ang tiba tiba, spontan, dan sama sekali tidak di sangka sangka. Tapi yang menggairahkan riset parapsikologi adalah fenomena para yogi dan guru Zen yang memiliki kekuatan paranormal- bagian dari pengalaman psychedelic itu. Maka sejumlah resi dan guru meditasi dari timur pun di botong ke laboratorium psikologi yang di lengkapi peralatan modern untuk dijadikan obyek riset.

Dari sejumlah riset tersebut ditemukan bahwa ada sebuah kelenjar yang bisa mempengaruhi saraf- saraf di dalam otak. Kelenjar pineal, begitu sebutannya, ditemukan mengandung suatu hormon dan neurohumor yang fungsinya berkaitan dengan gairah birahi dan ekstasi. Kelenjar itu juga yang bisa membuat mata ketiga terbuka. Bila mata ini terbuka, dimensi realitas yang samasekali baru dan “berbeda” akan bisa di saksikan.

Istilah mata ketiga bersumber dari terminologi kundalini yoga. Menurut ajaran yoga, ada enam tingkat cakra (semacam simpul-simpul saraf) dalam tubuh manusia. Bila kundalini (sebuah “kekuatan” yang disimbulkan sebagai ular) bisa mencapai tingkat ke enam, kemampuan psikis tersebut akan menjelma. Cakra tingkat tertinggi itu terletak di tengah antara kedua mata. Disimbolkan sebagai mata, ia disebut mata ketiga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Coretannya yang ditunggu untuk kebaikan bersama....