29 Apr 2011

Rustono: Sang Raja Tempe di Jepang Asal Indonesia !!


Seorang Warga Negara Indionesia (WNI) yang kini menetap di daerah pegunungan di Kyoto, Jepang, Menjadi seorang warga negara asing pertama yang menjadi pemilik dari pabrik tempe besar di Jepang. Namanya Rusto, dia mantan pegawai hotel yang hijrah ke Jepang dengan istrinya yang juga orang Jepang.

Rustono tinggal bersama istri-nya, Tsuruko Kuzumoto, dan dua anak perempuan di sebuah rumah yang berdekatan dengan pabrik mereka, sekitar 30 menit dengan mobil dari Stasiun JR Katata. Ia, mengatakan anak perempuan mereka, berusia 8 dan 10, juga membantu mereka membuat tempe.
Pertama kedelai dicampur dengan ragi yang dikenal sebagai Rhizopus oligosporus dan diletakan di rak di ruangan khusus fermentasi dimana suhu dijaga pada 32 derajat Celcius dengan kelembaban sedang ,sehingga proses fermentasi berjalan dengan baik.

Menurut Rustono, resep tempe yang diiris tipis dan kemudian direbus dengan bahan-bahan seperti bawang merah dan bawang putih, dan bumbu seperti kecap sebelum digoreng sangat populer di negeri ini.Kuzumoto menambahkan, "Tempe juga bisa dimakan dengan cara direbus dalam sup miso.

Istrinya menceritakan, dia pertama kali bertemu Rustono selama perjalanan ke Indonesia pada tahun 1995 di sebuah hotel tempat ia bekerja di Yogyakarta. Rustono datang ke Jepang pada bulan Oktober 1997, dan pasangan itu menikah dan mulai tinggal di Uji, Prefektur Kyoto.

"Aku bermimpi untuk masuk ke bisnis makanan di Jepang," kata Rustono, menambahkan bahwa ia juga tertarik dengan budaya tradisional Jepang . Rustono mulai bekerja di sebuah toko permen di Uji, Kyoto. dan ia kemudian bekerja di sebuah pabrik makanan selama dua tahun. Saat itu dan saat itulah kemudian Rustono mendapatkan ide untuk membuat tempe.

"Saya ingin memperkenalkan bahan makanan asli Indonesia di Jepang. Akhirnya saya memutuskan untuk memebuat tempe, yang merupakan makanan asli Indonesia yang lezat dan sehat dan juga telah populer di AS, "katanya. Rustono berharap banyak orang Jepang yang akan lebih menggemari Tempe segar dengan kecap dan bumbu-bumbu lainnya.

Berdasarkan resep ibunya yang didapat dari tetangga, Rustono dan istrinya membuat 40 paket tempe sehari-harinya. Namun, Empat bulan pertama, mereka mengalami kesulitan. Mereka berpendapat mungkin karena disebabkan oleh kondisi cuaca di Jepang.

Rustono menambahkan ia tahu sedikit tentang pembuatan tempe pada waktu itu dan tidak mengetahui suhu yang ideal untuk masalah kualitas fermentasi atau air. Suatu hari, setelah menggunakan mata air yang diambil dari sebuah kuil di Fushimi Ward, Kyoto, ia menemukan bahwa kedelai nya telah difermentasi dan menjadi ditutupi dengan lapisan putih miselia. "Tempe itu tampak bagus, tapi aku tidak yakin apakah itu cukup baik untuk pasar," kata Rustono. Jadi dia melakukan perjalanan ke Indonesia dan sangat meningkat pengetahuannya dengan mengunjungi sekitar 60 produsen tempe. Pada tahun 2000, pasangan itu pindah ke Otsu dari Uji untuk mencari air bersih dan mendirikan Tempe bermerek Rusto.

Untuk membuat tempe, kedelai keseluruhan direndam dalam air selama beberapa jam dan kemudian direbus. Kedelai direbus kemudian dibelah dua dan dikuliti sebelum dicuci. Biji tersebut kemudian dicampur dengan cetakan sampai miselium putih mengikat kedelai menjadi hingga tampak rata.

Rustono mengikuti proses pembuatan tempe yang sama seperti yang dipraktekkan secara luas di seluruh Indonesia. Kedelai yang dimasak, kulit dibuang dan kemudian ragi beras ditambahkan untuk fermentasi, yang membutuhkan waktu beberapa hari.

Tempe terkadang dikirim ke klien yang jaraknya ratusan kilometer jauhnya melalui sebuah perusahaan kargo yang menggunakan fasilitas penyimpanan dingin.

"Kami membekukan tempe kami sehingga tahan lama dan tetap segar selama pengiriman," katanya.

tempe difermentasi kemudian dibekukan sebelum pengiriman. "Kita akan tahu kualitas dari tempe ketika kita membuka pintu (ruang fermentasi)," kata Rustono. "Kalau itu baik, ia akan memiliki aroma, manis. Jika buruk, maka akan berbau amonia. "

Dibantu oleh istri dan dua anak, Rustono memproduksi sekitar 3.500 potong tempe setiap lima hari. "Keuntungan telah memungkinkan kami untuk membeli sebidang 2.000 meter persegi tanah. Aku bermimpi membangun pabrik yang lebih besar yang dapat menghasilkan 10.000 buah tempe (setiap lima hari), jadi saya dapat menyediakan tempe dengan supermarket besar."Itu mimpi saya, untuk menjadi 'raja tempe' dan mendominasi pasar tempe di Jepang," katanya.

Di Indonesia, di mana tempe tersedia secara luas dan murah, orang mungkin berpikir apa-apa tentang makanan ini. Tapi keahlian Rustono telah membuat dia diundang ke universitas di Jepang untuk berbicara sebagai dosen tamu."Saya bangga bahwa saya bisa mempromosikan Indonesia meskipun hanya melalui tempe," kata Rustono. Rusto's Tempe, telah menjadi sangat populer dengan pelanggannya, 60 persen di antaranya adalah warga Jepang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Coretannya yang ditunggu untuk kebaikan bersama....