SURABAYA- Seekor bayi onta lahir di Kebun Binatang Surabaya (KBS), Jawa Timur. Masih lemas, bayi masih dirawat oleh penjaga kebun binatang.

Bayi onta yang belum diberi nama itu masih meminum susu formula dibantu Maidi, keeper onta di KBS. Pasalnya Merry, induk bayi onta, belum cukup kuat untuk menyusui setelah melahirkan pada Kamis siang.

Maidi mengatakan, Merry baru diberi kesempatan untuk menyusui bayinya setelah plasenta terlepas. Layaknya bayi manusia, bayi onta perlu kolostrum untuk kekebalan tubuh dari air susu induknya.

Menurut dia, tanda-tanda kelahiran sudah terlihat sejak Kamis pagi, antara lain nafsu makan Merry berkurang, sering duduk, dan mengeluarkan lendir.

"Bayi lahir dengan berat sekira 25 kilogram kilogram. Kawanan onta dipisah untuk memberi ruang melahirkan untuk Merry," jelas Maidi, Jumat (29/7/2011).

Gajah Cidera

Sementara itu puluhan petugas KBS berusaha membalik tubuh Fitri, gajah berumur 25 tahun yang menderita sakit pada tulang kakinya.

Fitri sudah terbaring selama beberapa hari pada posisi yang sama. Menurut tim dokter, jika Fitri tidak bergerak dalam waktu lama maka akan membuat gajah tersiksa.

Kaki kiri depan gajah betina ini tertendang gajah lain sampai sulit berdiri para Rabu pekan lalu.

Seperti diketahui, konflik pengelolaan KBS sudah berlangsung lama. Dampaknya, satwa-satwa koleksi kebun binatang tak terurus bahkan banyak yang mati.

Bahkan hewan-hewan tersebut diperkirakan hanya bertahan selama 5 tahun, kecuali ada langkah cepat menangani permasalahan ini.

Ketua Tim Pengelola Sementara KBS, Toni Sumampau sebelumnya mengatakan, perlu penanganan serius oleh pihak terkait untuk memperbaiki fasilitas yang banyak terabaikan.

Beberapa hewan yang mati di antaranya singa Afrika, harimau Sumatera, serta kanguru Australia. Belasan harimau Sumatera yang tersisa tinggal dalam kandang yang tidak memadai, kotor, dan sesak.

Menurut data, ratusan hewan di KBS mati setiap tahunnya karena kelaparan, stres, dan tempat tinggal yang tidak memadai. Kebun binatang yang sudah berusia 94 tahun peninggalan kolonial Belanda itu dibangun di atas lahan seluas 15 hektare dan saat ini menampung sekira 4.200 hewan.