24 Agu 2011

Hakekat Hidup dan Kehidupan


Sering manusia lupa apa sebenarnya hidup dan kehidupan itu. Mereka mungkin lupa atau acuh thd hakekat kehidupan,bahkan kadang tak ada kepedulian untuk mencari tahu apa hakekat hidup itu. Hidup yang selama ini kita jalani sebenarnya hanyalah realisasi dari sebuah skenario besar yang di sutradarai oleh sang sutradara kehidupan. Perjalanan panjang yang kadang terasa amat melelahkan,kucuran air mata yang di selingi sedikit tawa,kesedihan panjang yang kadang di hilangkan dengan secercah harapan dan sedikit kebahagiaan. Gurauan canda yang di pudarkan dengan tangis kesedihan, membuat drama kehidupan ini menjadi hangat dan kadang mengharukan.
Setiap manusia mendapatkan satu peran yang tertulis dalam skenario yang kemudian diarahkan oleh sang sutradara yang sekaligus penulis dari skenario tsb.
Namun manusia sering berontak bahkan lari dan tidak terima thd peranya yang sudah tertulis dalam skenario jauh sebelum ia lahir.Tak ada kemiskinan di hati yang kaya,tak ada kesedihan dihati yang lapang, tak ada tangisan di hati yang tabah, begitu juga sebaliknya tak ada kekayaan dihati yang miskin, tak ada kegembiraan dihati yang sempit, dan tak ada tawa dihati yang rapuh. Kemiskinan ,kesedihan,tangisan sering membuat manusia berontak dan menggurui sang sutradara tunggal. Mengapa aku diciptakan miskin,mengapa kemiskinan dan kefakiran selalu menemaniku..?.Mereka tidak sadar bahwa tak ada sepeserpun harta,jabatan,tahta,ataupun wanita yang mampu dimilikinya selamanya, karena itu semua bukan hak dan miliknya. Yang mereka kira miliknya saat ini hanyalah sebuah titipan dan amanat yang harus dipertanggung jawabkan dikemudian hari. Bahkan nyawa mereka hanyalah sebuah pinjaman yang suatu saat di minta oleh pemiliknya,lalu kenapa ia menolak kemiskinan bukankah ia memang tidak punya apa-apa. Kesedihan dan tangisan sering membuat mereka putus asa serta takut menjalani dan melanjutkan perannya,mereka tidak sadar sejak dilahirkanpun kesedihan dan tangisan itu sudah menemani mereka. Tengoklah kebelakang saat kelahiran kita yang sudah disertai dengan tangisan, tangisan tsb adalah kesadaran ruhaniyah seoarang bayi yang merasa berat dalam mengemban amanat skenario dari sang sutradara tunggal.


Lalu apa jadinya sebuah skenario yang didalam nya tidak ada cerita tentang kemiskinan,kesedihan dan tangisan tanpa di lakonkanpun skenario itu hanya akan menjadi bahan tertawaan. Karena kemiskinan,kesedihan dan tangisan adalah bumbu yang membuat sebuah cerita menjadi layak untuk di tonton,bayangkan masakan tanpa bumbu bagaimana rasa masakan tsb..?.Lalu kenapa kita berontak terhadap peran kita, kenapa kita musti lari berpaling dan menjauh dari sutradara yang membimbing dan mengarahkan kita bukankah itu hanya akan mempersulit kita dalam menjalani lakon dan peran kita dalam skenario hidup ini…?Kenapa kita tidak berakting sebaik mungkin supaya sutradara puas bukankah kita di karuniai akal untuk memikirkan dan mengembangkan kreatifitas akting kita….? Kenapa kita tidak mendekat pada sang sutradara agar kita selalu dibimbing dalam menjalani peran kita, bukankah sang sutradara lebih tahu apa yang terbaik buat kita saat ini nanti dan yang akan datang….?Lagi pula tahukah kita apa yang akan terjadi satu tahun lagi,satu bulan lagi,satu minggu lagi,satu hari lagi atau bahkan satu jam yang akan datang lalu kenapa kita tidak menyerahkanya pada sang sutradara yang sudah tahu pasti skenario hidup kita….? Hidup kita hanyalah sebuah peran dalam drama kehidupan yang skenarionya sudah tertulis jauh sebelum kita lahir. Banyak orang berkata “Dunia ini panggung sandiwara” tapi kenapa tak banyak yang tahu dan mau menerima peranya…?

http://forum.detik.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Coretannya yang ditunggu untuk kebaikan bersama....