29 Jul 2012

Antara Iman dan Percaya Bedakah...?

Percaya adalah salah satu bagian dari iman. Karena iman mencakup percaya dan mengamalkan, baik di lisan maupun perbuatan.

Berikut beberapa keterangan ulama tentang iman:

1. Keterangan Imam Malik:
Dari Abdullah bin Nafi’ bahwa Imam Malik pernah mengatakan:
الايمان قول وعمل
“Iman adalah ucapan dan perbuatan.” (Al-Hilyah, 6:327, dinukil dari I’tiqad Al-Aimmah Al-Arbaah, Hal. 25)
2. Keterangan Imam As-Syafii:
Ar-Rabi’ bin Sulaiman bahwa beliau mendengar Imam As-Syafi’i mengatakan:
الايمان قول وعمل واعتقاد بالقلب
“Iman adalah ucapan, perbuatan, dan keyakinan hati…” (Al-Intiqa’, 81, dinukil dari I’tiqad Al-Aimmah Al-Arbaah, Hal. 39)
Diriwayatkan Al-baihaqi bahwa Imam As-Syafi’i juga mengatakan:
الايمان قول وعمل يزيد وينقص
“Iman adalah ucapan dan perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang.” (Manaqib As-Syafi’i, 1:387)
3. Keterangan Imam Ahmad:
Dari Abdullah bin Ahmad, bahwa ayahnya Imam Ahmad pernah berkata:
الايمان قول وعمل يزيد وينقص إذا زنى وشرب الخمر نقص ايمانه
“Iman adalah ucapan dan perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang, dan apabila orang itu berzina atau mencuri maka imannya berkurang.” (As-Sunnah karya Abdullah bin Ahmad, 1:307)
4. Para ulama kontemporer mendefinisikan iman sebagai:
الإيمان اعتقاد بالجنان وإقرار باللسان وعمل بالجوارح والأركان
Iman adalah keyakinan hati, ikrar di lisan, dan amal anggota badan dan perbuatan.

Inilah tiga unsur iman: Keyakinan di hati, ikrar di lisan, dan praktek dalam perbuatan.

Semata-mata yakin, belum disebut mukmin.
Sebagaimana kita tahu bahwa Iblis percaya bahwa Allah itu ada, iblis yakin Allah itu tuhan, iblis juga yakin Allah itu Esa, karena dulu iblis adalah jin yang taat beribadah kepada Allah dan pernah berdialog dengan Allah. Namun Iblis tidak disebut mukmin, bahkan dia adalah gembong orang kafir. Karena Iblis, tidak mau tunduk dan taat pada aturan Allah.
Semata-mata mengaku saya mukmin, belum disebut mukmin.
Mengaku mukmin, KTP Islam, namun belum meyakini dalam hati, dan tidak mau menjalankan tugas dan kewajiban sebagai seorang mukmin, belum dianggap beriman. Sebagaimana kita tahu orang munafik di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengikrarkan dirinya sebagai mukmin. Bahkan mereka ikut shalat berjamaah di Masjid Nabawi. Meskipun demikian, mereka tidak dianggap mukmin.
Allahu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Coretannya yang ditunggu untuk kebaikan bersama....